Di Saat Hati Sudah Lelah dan Memilih Tidak Peduli
Pagi-pagi sekali aku pergi ke sekolah. Aku pergi bersama anakku. Sebagaimana biasa kami memang selalu berangkat bersama. Tentunya setelah sarapan dan minum kopi satu guci, eh satu gelas. Nah, kami pun tiba di sekolah pada pukul 06.30, ya masih dalam keadaan sepi. Siswa belum ada yang tampak batang hidungnya. Apalagi guru. Dan ini sudah berlaku dan biasa setiap hari. Dan juga sudah saya maklumi. Meski terkadang harus gigit jari sendiri. Hingga jarinya berdarah-darah. Dan tak ada yang melihat. Karena memang tidak saya kasi orang melihat.
Tapi walau begini, eh begitu aku tidak merasa benar sendiri. Tetap saja ada istilah rendah hati (semoga saja). Lagi pula apa sih gunaknya sakit hati. Sakit hati melihat kesenangan oran g? oh, tidak Roma. Sekarang sudah bukan zamannya saya sakit hati. Masa-masa itu sudah lewat. Karena saya sudah cukup dewasa. Sekarang saya lebih cuek saja. Atau lebih tidak peduli, katakanlah begitu. Karena kutau mengurus rumah tangga orang hanya akan menghancurkan rumah tangga sendiri. Aku tak mau lagi itu terjadi.
Maka terserah saja, mereka mau datang pagi, siang, sore, atau kalau mungkin mereka datang malam. Silakan datang malam-malam sambil membawa senter. Biar telihat lebih waras. Aku tak peduli semua itu.
Dan mungkin ini adalah jawaban atas kegelisahaku. Karena sebelumnya aku selalu bertanya kenapa. Kenapa ini bisa terjadi? Apakaha aku bodoh?
Tidak. Aku tidak bodoh. Ini adalah sikap terbaikku ketika memilih untuk hidup lebih cuek dan tidak peduli. Dan sekarang sudah pukul 07.00 pagi. Tapi sekali lagi biarkan saja mereka datang sore hari.
Lombok Timur, 15 Oktober 2021
Post a Comment for "Di Saat Hati Sudah Lelah dan Memilih Tidak Peduli"
Terima kasih atas komentar baik Anda.